Kegembiraan masyarakat muslim di Negeri Tulip dalam merayakan Ramadan diwarnai sepenggal keprihatinan. Pemerintah setempat melarang muslimah mengenakan burqa di lingkungan pendidikan. ''Siswa dan guru harus bisa saling pandang,'' tegas Menteri Pendidikan Ronald Plasterk. Pakar Arab, Maurits Berger, menilai larangan berburqa itu tindakan keterlaluan.
Larangan berbusana yang menutupi seluruh tubuh dan wajah tersebut tidak hanya berlaku di dalam kelas, tapi juga di halaman sekolah. Kebijakan itu berlaku bagi para siswa, guru, orang tua, bahkan para pemasok barang serta petugas yang membersihkan sekolah.
Radio Nederland melaporkan, semua sekolah harus patuh terhadap aturan baru itu, juga dunia pendidikan Islam yang tidak disubsidi pemerintah. Hanya sekolah-sekolah tinggi dan universitas yang boleh menentukan sendiri apakah mereka akan memberlakukan larangan tersebut atau tidak. Sebab, di sana tidak ada siswa wajib belajar.
Menurut Menteri Plasterk, mengenakan pakaian penutup muka mengganggu komunikasi. ''Pemimpin sekolah berhak meminta agar orang yang menginjak kawasan sekolah melepas topi bivak, burqa, ataupun pakaian-pakaian penutup wajah lain.''
Pertimbangan lainnya, lanjut sang menteri, guru harus bisa melihat bagaimana seorang siswa merasa, bereaksi terhadap hal-hal yang dibahas di kelas atau di pekarangan sekolah.
Bukan hanya sektor pendidikan yang harus patuh kepada aturan itu, pegawai negeri sipil pun tidak boleh lagi mengenakan pakaian yang menutup muka. Kabinet berharap agar pemerintah provinsi, kotapraja, dan kota juga memberlakukan larangan burqa terhadap para pegawainya. Perusahaan angkutan juga diharapkan tidak mengizinkan orang mengenakan burqa naik tram, bus, dan kereta api.
Pakar Arab Maurits Berger kurang setuju terhadap larangan burqa tersebut. Menurut dia, jumlah perempuan di Belanda yang mengenakan burqa hanya beberapa ratus orang. Oleh karena itu, dia menilai tindakan pemerintah tersebut keterlaluan.
''Ada kesan tindakan ini bernuansa politis. Sebenarnya tidak begitu diperlukan,'' ujar Berger.
Dalam beberapa kasus lain, Berger menilai larangan burqa memang diperlukan. Dia mencontohkan Mesir. Negeri Piramida itu sempat gempar karena seorang menteri melarang burqa di universitas. Di sana semakin banyak gadis mengenakan burqa. Ada gadis-gadis yang menyuruh kakak laki-laki atau kakak perempuannya mengenakan burqa untuk menggantikan mereka ikut tentamen.''
''Peristiwa seperti itu tidak terjadi di Belanda. Oleh karena itu, larangan burqa di Belanda adalah tindakan berlebihan,''
powered by jawapos.co.id
No comments:
Post a Comment