Monday, February 9, 2009

PIDATO OBAMA KUTIP HADIST RASULULLAH SAW

Obama Kutip Hadist Nabi Muhammad

ImageTidak ada seorang pun diantaramu yang beriman sampai dia mendoakan saudaranya seperti ia mendoakan dirinya sendiri.

Salah satu hadist Nabi Muhammad SAW seperti yang diriwayatkan Imam Al Bukhari itu dikutip Presiden Amerika Serikat Barack Hussein Obama, Jr. saat memberikan sambutan pada National Prayer Breakfast di Hotel Hilton, Washington DC, Kamis pagi (5/2) atau Rabu dinihari WIB (6/2).

Dengan mengutip hadist ini Obama hendak menegaskan kembali keyakinannya bahwa tak ada satu agama pun yang menjadikan kebencian sebagai inti dari ajarannya, serta tidak ada Tuhan yang memperbolehkan umat-Nya menghabisi hidup manusia lain.

Obama mengajak para pemuka agama dan tokoh bangsa serta politisi dari berbagai negara yang menghadiri National Prayer Breakfast itu untuk tetap mengingat bahwa kebencian dan konflik yang terjadi di era modern ini seringkali diakibatkan oleh kesalahan dan kekeliruan dalam membaca dan memahami teks kitab suci. Seringkali pula agama dan ajaran agama dijadikan alasan suci yang tak terbantahkan untuk melakukan kekerasan kepada kelompok lain.

Semua agama, sebut Obama, baik Islam, Kristen, Yahudi, Hindu dan Budha, Konghucu, maupun penganut ajaran kemanusian memiliki hukum emas (Golden Rule) yang sama, yakni mengajak para pemeluknya untuk mencintai dan menghargai sesama manusia.

Apapun yang kita pilih sebagai keyakinan kita, marilah kira mengingat bahwa tidak ada agama yang menjadikan kebencian sebagai inti dari ajarannya, ujar Obama.

Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, termasuk di antara sekitar seribu tokoh agama dan politisi yang diundang menghadiri kegiatan itu.

Kehadiran Obama yang baru belasan hari memimpin negeri adidaya ini dalam NPB pertama yang diadakan di masa pemerintahannya sempat simpang siur. Maklumlah, saat ini Obama tengah menghadapi saat-saat yang terbilang genting di awal pemerintahannya.

Setidaknya, empat dari kandidat menteri yang diusulkannya kepada Kongres AS terganjal kasus korupsi dan pengemplangan pajak di masa lalu. Sementara rancangan stimulasi ekonomi yang diusulkannya ke Kongres mendapat perlawanan ketat dari kubu Republikan walau akhirnya disetujui pada hari Jumat ini waktu setempat (6/2) atau Sabtu dinihari WIB (7/2) .

Namun akhirnya Obama menyempatkan diri untuk hadir dan memberikan sambutan dalam kegiatan yang telah menjadi tradisi sejak puluhan tahun silam. National Prayer Breakfast diselenggarakan setiap hari Kamis pertama bulan Februari. Dalam kesempatan ini, para pemimpin Amerika duduk bersama untuk memanjatkan doa agar negeri itu dapat menghadapi berbagai persoalan yang menghadang mereka. Beberapa tahun terakhir, tokoh agama dan politisi dari berbagai negara pun dilibatkan dalam kegiatan ini.

Seperti biasa, senyum Obama mengembang saat memasuki ruang pertemuan. Obama melambaikan tangannya ke arah peserta. Perhatiannya sempat berhenti saat melihat Wapres Jusuf Kalla yang berdiri di barisan depan, di meja nomor 4. Kalla pun melambaikan tangan ke arah Obama.

Kehadiran Kalla dalam National Prayer Breakfast ini menjadi istimewa karena dia adalah tamu negara pertama yang diterima oleh pemerintahan Obama. Sehari sebelumnya, Jusuf Kalla mengadakan pertemuan dengan Wapres AS Joe Biden di West Wing, White House, Washington DC. Dalam pembicaraan tersebut Joe Biden berkali-kali mengatakan betapa Obama baik secara pribadi maupun sebagai presiden Amerika Serikat memberikan perhatian luar biasa kepada Indonesia dan peranannya di panggung politik internasional. Bukan saja karena Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia, namun juga karena dalam satu dekade terakhir Indonesia berhasil menempatkan diri sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah AS dan India. Dunia internasional pun diharapkan dapat belajar dari pengalaman berharga yang dimiliki Indonesia dalam menghadapi konflik dan kekerasan komunal di sejumlah daerah di Indonesia.

Jusuf Kalla pun diberi kesempatan menjadi pembicara kunci dalam santap siang yang dilakukan sehari sebelum National Prayer Breakfast (4/2). Dalam pidatonya, Jusuf Kalla membagi cerita mengenai pekerjaan besar Indonesia menghadapi dan menyelesaikan konflik secara damai di sejumlah daerah.

Tafsir yang sempit terhadap ajaran agama, kata Kalla, pun seringkali menjadi faktor pendorong yang memperparah konflik. Dalam sejumlah kasus, tokoh agama tidak bertindak sebagai jurudamai, sebaliknya menjadi pendorong utama kekerasaan dengan, antara lain, menjanjikan surga di akhirat bagi pemeluk agama yang mau melakukan kekerasan dan bahkan menghabisi hidup manusia lain yang kebetulan berbeda keyakinan.

Adapun Obama meminta agar pemerintahannya, terutama Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton tidak melupakan Indonesia sebagai salah satu negara kunci dan negara penting di Asia. Itu pula sebabnya, Hillary Clinton segera mengajukan permohonan visa Indonesia ke KBRI di Washington DC segera setelah dirinya dilantik dan disumpah menjadi Menlu AS menggantikan Condoleezza Rice.

Eh, jangan lupa, Indonesia juga (harus dikunjungi), kata Obama kepada Hillary saat dia dan Hillary tengah membahas rencana perjalanan Hillary ke Asia. Cerita mengenai hal ini juga disampaikan Joe Biden dalam pertemuan dengan Jusuf Kalla itu.

Dengan arah baru politik luar negeri Amerika Serikat ini, dapat dipahami bila kemudian Obama memilih tema keberagaman agama dalam sambutannya pada National Prayer Breakfast kali ini.

Kita mengimani keyakinan yang berbeda. Kita terikat pada keyakinan mengapa kita di sini, dan akan kemana kita pergi. Sebagian dari kita memilih untuk tidak percaya sama sekali. Tetapi, apapun yang kita pilih untuk kita yakini, marilah kita semua mengingat bahwa tidak ada agama yang menjadikan kebencian sebagai inti dari ajarannya, ujar Obama.

Obama yang lahir dan besar di Hawaii serta pernah menghabisi masa kanak-kanaknya di Indonesia ini berjanji bahwa pemerintahannya tidak akan menjadi alat kekuasaan bagi sekelompk penganut agama tertentu untuk menaklukan penganut agama lain. Juga tidak menjadi alat dari kelompok agama untuk mengalahkan kelompok sekular.

Pada bagian lain dia juga bercerita tentang latar belakang agama keluarga yang membesarkannya.

Saya tidak dibesarkan di keluarga yang religius. Saya memiliki ayah yang dilahirkan sebagai orang Islam tapi kemudian menjadi atheis, kakek dan nenek yang tidak mempraktikan ajaran Methodist dan Baptist, dan ibu yang ragu terhadap agama yang diorganisir. Namun demikian, dia (ibu saya) adalah orang yang paling religius yang pernah saya tahu. Dia adalah orang yang mengajarkan kepada saya sejak saya kecil bahwa manusia harus mencintai sesama, cerita Obama.

Dia menambahkan dirinya baru menjadi penganut Kristen setelah pindah ke Chicago, Illinois. Dia memeluk agama Kristen bukan karena indoktrinasi atau tercerahkan secara tiba-tiba. Namun, kata Obama lagi, karena dia selama bertahun-tahun bekerja dengan organisasi gereja untuk membantu orang-orang kurang beruntung di sekitar lingkungannya, terlepas dari warna kulit mereka juga agama dan keyakinan mereka.

Hal itu terjadi di jalanan, di lingkungan yang kurang beruntung seperti itu, saat pertama kali spirit Tuhan menghampiri saya. Disitulah saya merasakan sesuatu yang saya sebut tujuan yang lebih tinggi, yakni tujuan Tuhan, demikian Obama.

PALESTINE NEWS FEB, 9TH 2009 PART 02

Kedatangan Abbas di Turki Disambut Demonstrasi



Unjuk rasa berlangsung pada hari Sabtu (7/2) kemarin terpusat di dua kota besar Turki, yaitu Istanbul dan Ankara. Ratusan demonstran tampak memegang spanduk dan poster yang berisi "kecaman dan sindiran" untuk Abbas.

Salah satu isi tulisan pada spanduk dan poster tersebut menyatakan, "La Ahlan wa La Sahlan fi Turkiya ya Halif Israil" (Tidak ada selamat datang untukmu di Turki, wahai sekutu Israel), juga "Mahmud Abbas komplotan Zionis", dan lain-lain.

Harian Turki berbahasa Arab Akhbar al-Alam (8/2) melansir, salah seorang pengunjuk rasa menyatakan jika Mahmud Abbas tidaklah representatif sebagai wakil bangsa Palestina.

Abbas mengunjungi Turki terkait upaya meraih simpati untuk memulihkan kondisi negerinya yang porak poranda akibat invasi Israel

PALESTINE NEWS FEB, 9TH 2009

Campur Tangan AS di Timur Tengah Untuk Kepentingan Israel

Sebuah laporan strategis mengungkap kebijakan-kebijakan politik pemerintahan AS dibawah pemerintahan Presiden Barack Obama di Timur Tengah, terutama kebijakan AS dalam konflik Israel-Palestina. Dari laporan itu terungkap bahwa Gedung Putih akan menerapkan metode untuk melibatkan diri secara langsung dalam proyek-peroyek di Timur Tengah dan dalam konflik Israel-Palestina, namun AS akan melakukannya semata-mata untuk kepentingan Israel.

Laporan tersebut dibuat oleh lembaga studi dan konsultasi Zaituna Center bulan Desember lalu, yang menyebutkan bahwa Obama telah menegaskan di hari pertama pemerintahannya sebagai presiden baru AS bahwa ia akan melibatkan diri langsung dalam konflik Arab-Israel. Disebutkan pula bawa pemerintahan AS menjadi konflik Arab-Israel sebagai persoalan penting yang akan menjadi salah satu prioritas mereka.

Dari laporan itu juga diketahui bahwa Obama akan mengadopsi cara-cara yang pernah dilakukan mantan presiden Bill Clinton dalam melibatkan AS secara langsung dalam konflik tersebut, namun Obama akan lebih berhati-hati dalam melakukannya agar kesalahan Clinton yang membuat negosiasi selama delapan tahun gagal, tidak terulang lagi. Itulah sebabnya, Obama menunjuk George Mitchell sebagai utusannya untuk masalah Timur Tengah.

Mitchell, kata laporan tersebut, memiliki kepribadian yang pragmatis dan realistis dan bisa menghindari diri untuk tidak membuat penilaian-penilaian ideologis. Selain itu, Mitchell dianggap memiliki track-record yang cukup baik ketika menangani konflik antara Inggris dan kelompok pemberontak Irlandia Utara (IRA) sehingga berhasil mencapai kesepakatan damai pada tahun 1998. Tapi di sisi lain, menurut laporan itu, kelompok lobi Zionis di AS khawatir sikap Micthell yang realistis akan menyulitkan posisi Israel di AS.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa Obama mendengarkan masukkan-masukkan dari banyak pejabat tak resmi seperti mantan presiden Jimmy Carter dan mantan penasehat keamanan nasionalnya Zbigniew Brzezinkski. Dua tokoh di luar lingkaran pemerintahan Obama, yang tidak segan-segan mengkritik Israel yang bisa jadi akan memberikan kontribusi bagi hasil-hasil kesepakatan yang sedikitnya memberi peluang bagi kepentingan Palestina.

Hamas dan Gencatan Senjata

Sementara itu, mediasi Mesir antara Israel-Hamas untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata sudah hampir menemui titik temu, tinggal menunggu pernyataan resmi dari pihak Israel. Pihak Hamas, melalui juru bicaranya Fawzi Barhoum mengatakan, gencatan senjata jangka panjang tinggal menunggu waktu saja jika upaya negosiasi yang dilakukan Mesir ke Israel sukses.

Jika kami menerima jawaban-jawaban yang meyakinkan dari Israel melalui Mesir, kami berharap kesepakatan gencatan senjata jangka panjang akan tercapai dalam beberapa hari mendatang," kata Barhoum.

Hamas tetap pada persyaratannya berupa pencabutan blokade, penghentikan agresi dan pembukan kembali perbatasan-perbatasan yang ditutup Isrel dalam negosiasi tersebut. Dan menurut surat kabar Israel Haaretz melaporkan, draft kesepakatan gencatan senjata selama 18 bulan sudah tercapai.

Kabar itu tersiar setelah pimpinan senior Hamas di Gaza Mahmoud Al-Zahar kembali ke Mesir hari Sabtu kemarin untuk membahas masalah Gaza. "Kami sepakat untuk menyatukan sikap, semuanya tergantung pada otoritas Mesir dan kami akan menyampaikan respon mereka pada pimpinan kami di Damaskus, setelah itu kami akan kembali ke Cairo," kata Zahar dalam pemunculan pertamanya setelah agresi brutal Israel ke Gaza.

Perkembangan baru juga terjadi dalam kasus Gilad Shalit, prajurit Israel yang tertangkap dan ditawan pejuang Palestina di Gaza. Laporan televisi Turki menyebutkan bahwa kesepakatan tentang pertukaran tawanan antara Hamas dan Israel dipekirakan akan tercapai hari Selasa lusa.

Dalam pernyataannya di saluran televisi Israel Channel 1, Menhan Israel Ehud Barak mengatakan bahwa pihaknya melakukan upaya-upaya maksimum untuk segera membebaskan Shalit. Tapi kali ini Barak mengakui pertukaran Shalit membutuhkan "biaya tinggi".

"Kami tahu Shalit masih hidup dan kondisi yang baik-baik saja. Tapi kami harus membawanya dari Gaza ke sini (Israel)," kata Barak.

Dari Turki dilaporkan, delegasi Turki yang memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk membebaskan Shalit dengan cara pertukaran tahanan, sudah berangkat ke Suriah untuk memediasi kesepakatan itu. Selain Turki, Qatar juga berperang dalam upaya kesepakatan pertukaran tawanan antara Israel-Palestina